TINTA HITAM
Karya : Rahmayani ZA
Menjadi seorang ibu adalah harapan
setiap wanita, namun apa yang berbeda jika hal tersebut terjadi pada wanita
yang hanyalah siswi yang masih duduk di kelas 3 SMA dan belum menikah pula?tentu
itu menjadi torehan luka bagi keluarga dan sanak saudara.menanggung rasa malu
yang akan menghantuinya setiap saat, akankah dia mampu melewati pusaran
permasalahan yang mengalaminya.
Itulah yang sedang dialami Arinda,
gadis pintar yang tidak pernah membuat malu kedua orangtuanya, selalu
menorehkan prestasi di sekolah dan seorang muslimah yang taat beragama.Namun siapa
sangka jika satu peristiwa yang tanpa sengaja menimpanya membuat hidup Arinda
berubah dan bahkan berbanding terbalik dengan apa yang tidak pernah dia
pikirkan.
***
Hari itu, Arinda pergi untuk
mengikuti pengajian di mesjid dekat rumahnya, dia ditemani oleh sahabat karib yang
selalu bersamanya bernama Laila, mereka menyusuri jalan setapak sambil
berbincang bincang tentang tugas sekolah mereka, lalu beberapa saat kemudian
ada tiga orang pria yang berjalan berlawanan arah dengan mereka, tidak
berselang lama salah satu dari tiga orang laki laki itu memanggil Arinda dan
Laila dengan sebutan gadis berjilbab.Arinda dan Laila tersentak saat dipanggil
oleh salah satu dari tiga laki laki itu.Dengan perasaan sedikit takut mereka
menoleh ke arah belakang.
“hey
gadis berjilbab, kenapa jalan jalan berdua saja saat malam?tidak takut terjadi
sesuatu yang ajaib terhadap kalian?”tanya lelaki itu dalam remang remang kegelapan.
“insyaallah
tidak, kami mau ke mesjid untuk pengajian, maaf kami duluan..”jawab Laila kaku
sambil menarik Arinda untuk segera menuju ke mesjid.
Saat tiba di depan gerbang mesjid
Arinda bertanya kepada Laila siapa lelaki yang memanggil mereka tadi.Laila
berkata bahwa dia juga tidak tau, wajah lelaki itu tidak terlihat terlalu jelas
karena suasana disana gelap, mungkin dia akan bertanya kepada kakak laki
lakinya siapa para pemuda itu, kata Laila.Lalu mereka masuk ke mesjid untuk
mengikuti pengajian rutin.
***
Keesokan harinya Arinda berangkat ke
sekolah bersama Laila dengan menggunakan angkutan umun, sesampainya di sekolah
Arinda bertanya tentang para pemuda semalam.
“dia
itu pemuda kampung kita juga, yang memanggil kita itu namanya arga, kata bang
zaki dia itu bukan pemuda yang jahat kok, selama di kampung dia tidak
pernahmembuat rusuh atau semacamnya.Mungkin dia hanya mengingatkan kita agar
berhati hati di jalan saat malam..”jelas Laila.
“jadi
dia tidak berniat buruk kepada kita kan?aku takut suasana seperti semalam..”kata
Arinda dengan suara pelan.
Laila dengan tersenyum menganggukan
kepalanya, lalu mereka berjalan bersama ke kelas mereka dan mengikuti pelajaran
seperti biasanya.
Sepulangnya mereka dari sekolah,
mereka kembali melewati jalan saat ke mesjid, karena jalan itulah satu satunya
arah menuju ke rumah Arinda maupun ke rumah Laila.Saat sampai di jalan dekat
pondok kecil, Arinda dan Laila kembali bertemu dengan tiga orang laki laki
tersebut diantaranya yaitu Arga, kali ini baik Arinda maupun Laila sudah tidak
merasa takut lagi karena penjelasan dari zaki.Saat melewati arga dan dua orang
lainnya itu mereka hanya tersenyum kecil lalu melangkah pergi dari tempat
tersebut, namun langkah mereka terhenti saat Arga memanggil Arinda dengan
sebutan wanita tas merah.Arinda dan Laila memalingkan wajahnya menatap arga.
“wanita
tas merah, siapa nama kamu?”tanya Arga.
“Arinda..”jawab
Arinda singkat.
Kemudian Arga memperkenalkan
diri dan Arinda hanya menganggukan kepalanya saja lalu menatap Laila yang
berada disampingnya.
“kamu
anak SMA di samping gedung budaya itu kan?”selidik Arga.
“iya,
maaf kami masih ada keperluan lain, permisi..”jawab Arinda langsung berbalik
pergi disusul oleh Laila dibelakangnya.
Arga hanya diam melihat
Arinda yang sudah mulai menjauh lalu berkata kepada dua orang laki laki
lainnya.
“dia
sombong sekali..sikapnya salahkan?”kata Arga datar.
dua orang laki laki tersebut
hanya tertawa sambil melihat satu sama lain dengan tatapan yang tidak terbaca.
***
Sesampainya di rumah, Arinda
menyandarkan kepalanya diatas tempat tidur membayangkan Arga, bayangannya
kembali saat Arga melihat dirinya, tatapan itu tentu seperti seorang pria yang
menyukai seorang wanita namun Arinda tetap tidak mau mengakui itu, karena dia
tidak mau pacaran.Dia ingin belajar dan membahagiakan orang tuanya lalu
menaikkan haji ibu dan ayahnya.
Malam hari sebelum Laila berangkat
ke mesjid seperti biasanya, Di rumah Laila, Zaki dan Laila sedang berbincang
bincang sambil menyantap kue buatan ibu mereka.Mereka berdua berbincang bincang
masalah Arga dan Arinda yang beberapa hari ini terjadi.Namun ada satu hal yang
menjanggal menurut Zaki yaitu sikap Arga kepada Arinda.Sepengetahuan Zaki, Arga
adalah pemuda baru yang berdiam di kampung mereka selam setahun terakhir, dia
adalah pemuda yang tidak banyak bicara juga tidak membuat masalah, namun ada
berita mengatakan bahwa Arga sempat menghuni rumah sakit jiwa, walaupun tidak
berlangsung lama karena dia sembuh dengan cepat, Arga tetaplah seseorang yang
pernah gila dulunya, dan Zaki khawatir bila Arinda dekat dengan Arga nantinya
akan tidak baik.Laila kemudian menyadari bahwa malam ini mereka akan ke mesjid,
lalu dia masuk ke dalam rumah mengambil
telpon genggamnya untuk menelpon Arinda, namun saat Laila membuka telpon
genggamnya dia kaget melihat isi 3 pesan singkat yang dikirimkan oleh Arinda
dan juga satu panggilan tidak terjawab.
Pesan
1
Laila,
kamu dimana?aku udah pulang dari rumah saudaraku, aku takut ne sendirian lewat
jalan kemarin, kamu kesini ya..
Pesan
2
Laila,
kamu dimana?kamu udah kemesjid ya?
Pesan
3
Yauda,
kalo gitu aku sendirian aja kesana..tungguin aku dimesjid ya..
Setelah melihat pesan itu Laila
menelpon Arinda, namun Arinda tidak menjawab telpon dari Laila setelah beberapa
kali dihubungi.Kemudian Laila bergegas menemui Zaki untuk menemaninya ke mesjid
dan melihat apakah Arinda ada disana.
“bang,
antar Laila ke mesjid ya sekarang, Laila khawatir dengan Arinda..”tutur Laila
cemas.
“Arinda?memangnya
ada apa dengan Arinda?”tanya Zaki kaget sambil memegang cangkir teh
ditangannya.
Lalu Laila menjelaskan
semuanya yang di lihatnya di dalam pesan singkat dan teleponnya yang tidak
diangkat angkat.Kemudian setelah berpakaian rapi mereka berangkat ke mesjid
menaiki sepeda motor milik Zaki.Sepanjang jalan Laila terus menyuruh Zaki untuk
cepat mengemudikan sepeda motornya karena takut ada kejadian aneh yang menimpa
sahabatnya.
Setelah sampai dimesjid Laila
langsung masuk ke dalam mesjid untuk memeriksa keberadaan Arinda, namun dia
tidak melihat Arinda disana.Lalu Laila bertanya kepada beberapa gadis yang
sedang mengikuti pengajian namun tidak ada satupun dari mereka melihat
Arinda.Dengan wajah yang teramat cemas Laila berlari keluar mesjid menemui Zaki
dan mengajaknya untuk pergi ke daerah jalan pondok kecil yang mereka lewati
untuk ke mesjid.
Sesampainya disana Laila dan
juga Zaki mencari keberadaan Arinda, Laila terus memanggil nama Arinda sembari
menilik kesana kesini dengan gusar.Sesekali dia menatap Zaki untuk melihat
situasi namun Zaki hanya menggelengkan kepalanya tanda dia belum juga menemukan
Arinda.Pikiran Laila mulai dipenuhi oleh sekelebat bayangan tidak baik, Laila
benar benar takut terjadi sesuatu dengan Arinda.Karena cerita yang didengarnya
dari Zaki benar benar mengusik pikirannya.
Setelah memeriksa keadaan
disekeliling tidak ada Arinda, Laila memutuskan untuk pergi ke rumah Arinda,
mungkin saja dia tidak jadi ke mesjid karena dia tidak berani dan Laila mencoba
untuk tetap berpikiran positif. Laila sudah naik ke sepeda motor Zaki untuk
menuju rumah Arinda, namun belum jauh mereka megendarai sepeda motor itu, tiba
tiba terdengar isak tangis seorang gadis di semak semak dekat pondok kecil
tempat mereka tadi memeriksa, Lalu Laila mencoba untuk mendekati arah suara
tersebut dan betapa kagetnya Laila saat menemui Arinda sudah tergulai lemah di
dalam semak semak tersebut dengan jilbab yang sudah terlepas, baju dan rok yang
dikenakan sudah robek serta wajahnya yang penuh lebam dan bibir serta sudut
bibirnya berdarah.Laila menjerit melihat kondisi Arinda, membuat Zaki buru buru melihat keadaan yang
ada di balik semak semak belukar lalu tercengang melihat keadaan di depannya.
***
Pagi harinya, saat Arinda membuka
mata hanya sakit diseluruh tubuh yang dirasakan.Pandangan matanya hanya menerawang
ke atas atap rumahnya tanpa bersuara.Laila yang menyadari kesadaran Arinda
segera menuju ke kasur Arinda dan menanyakan keadaan sahabatnya tersebut, namun
Arinda hanya diam dan tidak bergeming.
Menyadari jika Arinda sedang tidak
mau diganggu, Laila lalu berjalan keluar kamar.Namun, saat Laila mau membuka
pintu tiba tiba Arinda menjerit sejadi jadinya membuat Laila memalingkan wajah
dan buru buru menghampiri Arinda.Laila berusaha menenangkan Arinda yang terus
meronta ronta sambil menangis histeris dan mencakar tubuhnya sendiri.Sekuat
tenaga Laila berusaha menenangkan Arinda namun Arinda tetap saja meronta ronta
sambil berteriak sampai akhirnya dia jatuh pingsan.Laila hanya bisa menangis
sambil merengkuh Arinda yang tergulai pingsan.
***
Setelah kejadian malam itu, Arinda
tidak mau bicara maupun bergerak dari tempat tidurnya,posisinya hanya memeluk
lutut dan matanya nanar.Orangtua Arinda selalu mengawasi Arinda dan sesekali
bertanya apa yang sebenarnya terjadi.Namun saat ibunya menyinggung masalah
tersebut Arinda malah berteriak dan mencakar tubuhnya sendiri sehingga ibunya
hanya mampu menenangkan dan tidak bertanya apa apa lagi, dalam hatinya mungkin
saat Arinda sudah mulai terima dan tenang dia akan menceritakan semuannya.
Dua minggu setelah kejadian
tersebut, Arinda yang sedang tertidur tiba tiba merasa mual dan muntah muntah,
ibu Arinda menghampiri anaknya dan mengelus pundak Arinda yang masih muntah
muntah.
“Arinda,
nak..kamu sakit?”tanya ibu Arinda sambil terus mengelus pundak Arinda.
Arinda hanya menangis terisak isak
setelahnya.Ibu binggung dengan sikap Arinda yang seperti itu, Lalu perlahan air
matanya jatuh berlinang melihat kondisi anaknya yang sangat malang.Setelah
membaringkan Arinda di kasur, Ibunya beranjak untuk keluar dari kamar
Arinda.Namun panggilan Arinda menghentikan langkang ibunya dan menoleh ke arah
Arinda.
“umi,
Arinda nggak sanggup umi..”keluh Arinda mulai meneteskan air matanya.
“sabar
Arinda, tidak ada kesusahan yang tidak berujung nak..”jawab ibu sambil memeluk
puteri kesayangannya tersebut.
***
Sudah sebulan setelah kejadian
tersebut berlangsung dan Arga sudah di tangkap oleh polisi atas pelecehan
seksual yang dilakukan pada Arinda.Namun Arga tidak dihukum penjara melainkan
dia dimasukkan kembali ke rumah sakit jiwa, karena ternyata setelah diperiksa oleh
pihak rumah sakit Arga ternyata masih mengalami kelainan pada otaknya yang
membuatnya selalu berbuat apa yang di lawan oleh kehendaknya.
Setelah
satu bulan ini kesehatan Arinda belum menunjukkan peningkatannya, dia masih tak
ingin berbicara kepada siapapun bahkan kelakuannya makin menjadi jadi, dia
kerap melukai dirinya sendiri dengan mencakar tubuhnya hingga terluka.Kini
tubuhnya dipenuhi oleh luka cakaran, hal ini membuat keluarga merasa harus
memberi Arinda pemeriksaan dari psikolog untuk meningkatkan kesadarannya.Namun
Arinda tidak memperdulikan apapun, bahkan semakin hari kelakuannya semakin
hilang kendali.
Sampai
suatu hari saat Arinda mengamuk karena tidak ingin diterapi tiba tiba Arinda
muntah muntah dan seketika tubuhnya tumbang tidak sadarkan diri.
Saat
Arinda membuka mata terasa kepalanya sakit dan pusing serta mual mual yang
membuat tubuhnya tidak mampu banyak bergerak.Dilihatnya disekeliling kamar
untuk menemukan siapa yang ada di kamar tersebut, namun tidak ada seorangpun
yang bisa dia temui.Akhirnya dengan susah payah Arinda bangkit dari tempat
tidurnya, lalu dia berjalan untuk mengambil air di dapur.
Namun
belum sampai Arinda membuka pintu, terdengar suara ibunya dan suara seorang
wanita yang sedang berbicara dengan suara pelan.
“dokter,
bagaimana keadaan Arinda?apa dia baik baik saja?kenapa dia muntah muntah
seperti itu?”tanya Ibu Arinda kepada dokter tersebut.
“Arinda
sedang mengandung bu..usia kandungannya sekitar 1 bulan..”jawab dokter tersebut
dengan suara pelan.
Mata Arinda langsung terbelalak
mendengar perkataan sang dokter yang membuat hatinya remuk dan perasaan jijik
dengan dirinya sendiri.Perlahan Arinda berbalik menuju tempat tidurnya kembali,
dibalutnya seluruh tubuh ke dalam selimut tebal lalu Arinda berusaha memejamkan
matanya yang masih menyisakan sisa sisa air mata.
***
Keesokan harinya Ibu menemui Arinda
yang masih bergelung di balik selimutnya.Perlahan sambil mengelus rambut Arinda
ibu membangunkan puteri tersayangnya tersebut untuk bangun dan sarapan
pagi.Arinda bangun dengan senyuman yang tersungging dibibir kecilnya.Hal itu
membuat Ibunya kaget dengan sikap anaknya yang mulai berubah, tidak lagi
seperti dulu, diam tidak berbicara dan terkadang menangis tanpa sebab.
“selamat
pagi umi, Arinda makan paginya di ruang makan aja ya umi..”kata Arinda sambil
menunjukkan senyum lembutnya.
Ibu masih kaget dengan tingkah
puterinya hari ini, namun tidak lama kemudian Ibu langsung menegenyahkan
pikiran buruk yang ada dalam pikirannya dan langsung menyuruh Arinda mandi lalu
menuju ke ruang makan.
Setelah sarapan pagi Arinda menelpon
Laila agarberkunjung kerumahnya.Laila yang kagetbukan kepalang langsung
mengiyakan ajakan Arinda dan lima belas kemudian Laila sudah ada didepan pintu
rumah Arinda mengucapkan salam.
Sambil minum teh dan makan beberapa
cemilan Lailamulai membuka pembicaraan.
“gimana
nda?udah mendingan sakitnya?”tanya Laila hati hati.
“udah
lai, kamu gimana?sekolah kamu gimana?teman teman bilang apa tentang aku?tanya
Arinda dengan senyum lembutnya.
“sekolah?baik
kok, teman teman juga ada tanya kamu kapan balik ke sekolah”Laila tersenyum
kecut.
Karena pada kenyataannya disekolah
banyak yang menggosipkan Arinda sebagai wanita sok suci yang selalu taat tetapi
tiba tiba mengalami kejadiaan seperti itu, menurut kabar beredar Arinda sengaja
pergi sendiri untuk berjumpa dengan Arga sehingga terjadi kejadiaan seperti
ini, padahal itu sama sekali tidak benar.
“Laila?kenapa
melamun?ada yang kamu pikirin?”tanya Arinda sambil melihat ke arah Laila.
“hah?kenapa?nggak
kok, biasa aja..”jawab Laila dengan senyum lebarnya.
“Laila,
kamu itu sahabat yang paling baik yang aku punya, terima kasih ya..udah jadi
sahabat yang benar benar sahabat untuk aku, kalau aku ada salah sama kamu aku
minta maaf karena ku bukan manusia yang
sempurna..”tutur Arinda dengan wajah serius.
“bicara
apa sih nda?biasa aja kali..”canda Laila yang aneh melihat gelagat Arinda.
Lalu mereka kembali berbincang
bincang kembali sambil menyesap teh masing masing.
Malam harinya saat Arinda sedang
duduk berdua dengan ibunya Arinda menuturkan kata yang membuat ibunya kaget.
“umi,
Arinda kok merasa anehya?kayaknya ada sesuatu yang aneh diperut Arinda..”tutur
Arinda yang memang sudah tau kenapa.
“mu..mungkin
itu karena kamu jarang makan sayang..”jawab Ibu terbata bata.
“mungkin
juga ya umi..”jawab Arinda.
Keadaan hening beberapa saat, lalu
Arinda beralih duduk didepan Ibunya.
“umi,
Arinda bersyukur sekali mempunyai Ibu seperti umi..umi nggak pernah ngecewain
Arinda, tapi Arinda banyak sekali mengecewakan umi..maafin Arinda ya
umi..”tutur Arinda sambil mencium kedua lutut Ibunya.
Ibu Arinda hanya diam dan meneteskan
air mata sambil mengelus kepala puteri tersayangnya.
***
Keesokan harinya, Ibu mengetuk pintu
kamar Arinda dan memangilnya beberapa kali, namun tidak ada jawaban.Sehingga
Ibu mengambil kunci cadangan dan membuka pintu kamar Arinda.Saat Ibu hendak
memanggil nama Arinda tiba tiba Ibu kaget dan menjerit minta tolong, Ayah
Arinda yang baru pulang subuh tadi ke rumah dari perjalan bisnisnya segera naik
ke atasuntuk melihat apa yang terjadi.Saat sampai disana Ayah membelalakan
matanya melihat pemandangan mengerika di depan matanya.
“umi..apa
yang terjadi?Arinda..”tanya Ayah dengan air mata yang sudah menumpahi wajahnya.
Ibu hanya menangis tidak percaya
melihat keadaan puterinya sekarang.Di bagian pergelangan tangan Arinda bercecer
darah yang hampir mengering, bagian perutnya juga tertancap pisau buah dan
mulutnya berbusa.Ayah lalu mengangkat Arinda dalam gendongannya dan membawa
Arinda ke rumah sakit, Namun sampai dirumah sakit Arinda dinyatakan meninggal
sekitar beberapa jam yang lalu.
Kesedihan sangat terlihat di mata
Ibu serta Ayahnya.Laila yang buru buru datang ke rumah sakit bersama
kakaknyapun tidak sempat melihat Arinda lagi karena akan segera diotopsi.
Setelah proses otopsi berlangsung
Arinda dinyatakan bunuh diri karena menelam obat tidur dalam dosis berlebihan
dan mengiris serta menusuk bagian perutnya dengan pisau yang dipenuhi oleh
sidik jarinya sendiri.
***
Keesokan harinya Arinda dimakamkan
di pemakaman umum.Setelah pemakaman selesai Ibu Ayah serta Laila dan juga
kakaknya masih di pusara Arinda.Ibu menangis dalam diam menatap batu nisan anak
semata wayangnya yang kini tidak bisa ditatapnya lagi.Di elusnya batu nisan
anaknya tersebut sembari berkata.
“mengapa
kamu lakukan ini nak?ini bukan jalan yang seharusnya kau tempuh sayang..”tutur
Ibu lirih.
Kemudian Laila membantu Ibu Arinda
untuk bangkit dan berjalan meninggalkan pemakaman.
Sesampainya dirumah, Ibu menuju
kamar Arinda yang baru siap dibersihkan karena bercak darah yang sangat
banyak.Ibu duduk di kasur Arinda sambil mengelus sedih selimut Arinda, lalu
tanpa sengaja Ibu menemukan secarik kertas di balik selimut Arinda.Ibu membuka
surat yang terlipat rapi dengan tinta warna hitam tebal menghiasi goresan
tangan indah Arinda.
|
Assalamuaikum umi..
Umi jangan nangis ya..maafin
Arinda..
Arinda nggak bisa jadi anak umi
yang baik..
Arinda nggak sanggup menanggung
ini semua umi..
Maafin Arinda umi..
|
Ibu hanyamampu menangis sembari
berkata dalam tangisannya
“Arinda, maafkan Ibu
yang tidak mampu menjagamu dengan baik..maafkan Ibu..”
***
Komentar
Posting Komentar