I LOVE YOU GIOK
Karya : Rahmayani ZA
“loe suka sama batu giok lang?”.Teman
karibku Nizam mengawali perkenalannya dengan gadis yang aku suka sebagai batu
giok.Ya, aku rasa hal itu wajar, karena semua orang pasti berpikiran yang
sama.Namun yang aku maksudkan kepada temanku tersebut bukanlah sejenis batu,
melainkan sosok gadis manis yang enam bulan ini menghantui malam
malamku.Sifatnya yang amat tertutup membuatku penasaran untuk berbicara dan
mengobrol dengannya.Namun jangankan berbicara, melihatku saja dia tidak pernah.
Padahal, tanpa membanggakan
kepopuleranku, aku adalah salah satu siswa yang lumayan populer di sekolah,
banyak para siswi yang mencoba menarik perhatianku, namun karena mereka terlalu
mudah untuk digapai aku jadi tidak bersemangat memilih salah satu dari mereka,
hingga pada suatu hari seorang siswi berjalan santai dikumpulan siswi yang
mengerumuniku dan bahkan tidak melirik kearahku sedikitpun, mulai dari hari itu
aku penasaran bukan main dengan wanita yang memiliki tinggi sekitar 165
centimeter dengan jilbab yang menutupi bagian kepalanya serta wajah Asia yang
sangat menarik perhatianku.Karena jilbabnya, hal itu seakan menjadi bonus bagiku,
karena aku bukan seorang yang amat alim walaupun shalatku rajin karena paksaan
dan kejaran mama, aku tetaplah seorang muslim.Oh iya, namaku Galang catet ya!
***
Hari itu tanpa sengaja aku
melihatnya keluar dari perpustakaan, dengan penasaran aku ikuti dia seperti
seorang penguntit.Kalau dipikir memang aneh, seseorang yang populer seperti aku
mengintai seseorang yang biasa saja seperti dia.Aku melihatnya berjalan dikoridor
dengan santai sampai dia berbelok ke arah kiri, biar kutebak.Benar, dia menuju
ke arah mushala sekolah, ini waktunya shalat dzuhur.Setelah mengintai Giok aku
jadi salah tingkah karena menuju mushala hanya untuk melihatnya saja.Kemudian
aku memutuskan untuk ikut shalat dzuhur.
Setelah selesai shalat, aku kembali
mencoba untuk melirik Giok, namun apalah dayaku, ternyata dia sudah tidak ada
lagi di mushala dan ini menjadi kesekian kalinya aku kehilangan jejak
Giok.Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran yang
akan dimulai setengah jam lagi.
Sesampainya dikelas aku langsung
menghampiri Zahra, seorang siswi berjilbab yang termasuk salah satu anggota
rohis sekolahku.
“Ra,
kamu kenal Giok nggak?”tanyaku pada Zahra.
“Kenal,
ada apa Galang?”tanya Zahra smabil menunjukkan wajah curiganya.
“nggak
usah aneh gitu deh ngeliatinnya.Aku Cuma mau tanya aja, soalnya nama dia itu
menarik banget di telinga aku kayak semacam batu batuan gitu..”Aku mencoba
untuk tidak terlalu terlihat penasaran dengan sosok Giok.
Kemudian Zahra menjelaskan bahwa
Giok adalah salah satu siswi kelas satu yang merupakan anggota rohis yang
berwenang untuk bertanggung jawab atas badan informasi rohis makanya dia tidak
sering terlihat dan berkeliaran dimana mana, beda dengan Zahra yang memang
memilki wewenang dalam bidang kaderisasi yang kerjanya ngomong terus.Kemudian
ada satu lagi kenyataan yang Zahra bagikan
kepadaku yaitu nama asli Giok, yang membuat mulutku terbuka, padahal nama asli
Giok adalah Ghina Oktariana.Yang menjadi pertanyaanku adalah, kenapa tidak
dipanggil dengan sebutan Ghina atau Nana, bukankah terdengar lebih manis?tapi
yasudahlah yang penting aku bisa mendapatkan hatinya.
***
Keesokan harinya aku berjalan gontai
ke arah kelas dengan mata yang malas sekali kubuka.Tadi malam adalah malam
paling menjengkelkan untukku, bagaimana tidak?tiba tiba ketua kelas mengatakan
bahwa hari ini ulangan Kimia, pelajaran yang selalu membuatku ingin tidur, namun
mataku kembali terbuka saat guru yang mengajar didepan kelas menghentakkan meja
beberapa kali.Karena disebabkan kepopuleranku aku tidak bisa membiarkan harga
diriku jatuh disebabkan nilai ulangan
yang jelek, hasilnya semalaman aku belajar sampai aku tertidur diantara
tumpukan buku yang sangat membosankan tersebut.
Saat menuju arah kelas, aku tidak
sengaja menabrak orang yang belum bisa kulihat dengan jelas.Aku hanya bergumam
maaf dan masuk ke dalam kelas.Namun suaranya menghentikan langkahku.
“hey..hey..maaf,
tetapi sepertinya kamu salah kelas..”katanya padaku.
“masa
iya? Ini kelas dua A kan?biasanya disini kok..”kataku masih dengan mata malas
terbuka.
“coba
deh cuci muka dulu, trus lihat yang benar kelas kakak dimana..”katanya lagi
padaku.
Tiba tiba mataku terbelalak,
kakak?jika dia menyebutku kakak maka aku sedang berada di deretan kelas
satu?saat mataku benar benar terbuka aku baru melihat sosok yang selalu aku
intai berada didepanku sambil menatapku aneh.Seluruh tubuhku seakan lemas
mengingat kelakuanku tadi, semuanya jauh dari prediksiku, semua tentang kata
dan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya yang telah kususun seakan
runtuh begitu saja.
“kak,
kakak Galang kan?bukannya kelas kakak di depan lagi
ya?”Kata Giok menyadarkan aku dari lamunanku.
“oh
iya..maaf ya, aku ke kelas dulu kayaknya telat ne.”setelah berkata seperti itu,
aku langsung berlari ke arah kelas tanpa melihat sedikitpun ke arah belakang.
Sepanjang jam ulangan, aku terus
mengigat kejadian pagi tadi, rasanya ingin ku ulang kembali waktu itu dan
bersikap layaknya siswa populer, namun jangankan dikira populer dikira pintar
saja belum tentu.
Setelah jam pelajaran selesai aku
mengganggu Nizam yang sedang mendengarkan earphone di mp3 kesayangannya.Ku
tarik earphone dari telinganya yang membuat Nizam memicingkan mata kepadaku
tanda kekesalan yang tidak usah kutanyakan lagi.
“biasa
aja, gue nggak nyuri earphone loe kok, gue cuma mau curhat masalah Giok ne sama
elo.”Kataku sambil duduk menyandarkan punggung dikursi.
“curhat
apaan loe?sejak kapan cowok populer yang satu ini curhat tentang cewek?bukan
gaya loe banget ne.”jawab Nizam sambil meyimpan mp3 kedalam sakunya.
Aku melihat reaksi Nizam yang
semangat untuk mendengarkan curhatanku yang aku tau bagaimana akhir dari
solusinya.Sambil menarik napas panjang aku ceritakan hal yang terjadi padaku
tadi pagi dengan Giok, Nizam melirikku dengn tatapan mengejek sekaligus jailnya
yang serasa ingin kujitak kepala dengan rambut ala koreanya itu.
“gini
deh, elo sekarang udah tau kan kelas dia dimana, dia sering kemana, temennya
siapa aja..dan loe udah pernah ada insiden sama dia, trus tunggu apa lagi? Kalo
loe suka ya nyatain aja, minimal loe udah usaha bukan cuma diem sama ngintilin
Giok doang!”tutur Nizam panjang lebar.
Aku mencoba mengikuti saran Nizam
yang menurutku mudah untuk dibuat teori namun susah untuk dipraktekan.Saat jam istirahat
kuberanikan diriku untuk berjalan di kantin ke arah tempat duduk Giok yang
berada di pojokan kantin, dengan suara tertahan aku mengucapkan hay padanya
namun dibalas dengan ucapan salam yang membuat nyaliku turun drastis karena
salah ucap.
“oh
maaf..maksudku assalamualaikum..”kataku kikuk.
“waalaikumsalam..ada
apa ya kak?”ucap Giok smabil melihat kearahku.
Aku seakan kehabisan kata kata untuk
mengungkapkan apa yang ingin aku sampaikan hingga akhirnya sebuah pertanyaan
konyol meluncur dari mulutku.
“kamu
anak satu A ya?”tanyaku basa basi.
“iya,
kan kakak udah liat kemarin waktu salah masuk kelas”ucap Giok dengan nada
polos.
Aku hanya tersenyum kecut melihat
tingkah laku yang kubuat sendiri.Aku terlihat seperti orang yang belum
berpengalaman, padahal ini bukan kali pertama aku mendekati cewek.Detik itu aku
berpikir, ternyata aku benar benar menaruh rasa pada Giok.
“kak
Galang?ada yang bisa Ghina bantu?”tanya Giok.
“hah?Ghina?”ucapku
keceplosan.
“iya,
nama asliku Ghina, Cuma teman teman sering memanggilku Giok karena aku suka dengan
warna hijau yang dominan dengan Giok.”tutur Giok sambil menyunggingkan senyuman
tipisnya.
Aku ber oh ria mendengarkan ucapan
Giok, berawal dari situlah pembahasan kami berlanjut mulai dari mengapa sampai
ternyata begitu.Giok tidak sependiam yang kuduga, dia juga bisa mengobrol
dengan asik tanpa ada rasa canggung.Saat bel berbunyi aku dan Giok balik ke
kelas masing masing.Sampai di dalam kelas aku kembali mengganggu Nizam yang masih
sibuk dengan earphone dan mp3nya.
“hey
Zam, nasehat elo kepakek sama gue..”tuturku senang sambil menarik earphone dari
telinga Nizam.
“Nasehat
gue emang selalu paling oke.sini kembaliin, lagi enak denger lagu juga, pake
acara ganggu segala.”papar Nizam jengkel.
Akhirnya kulemparkan earphone yang
tadi kusita lalu aku duduk dengan santai dengan hati berbunga bunga.Hingga guru
mata pelajaran matematika masuk dan menulis kata KUIS dipapan tulis putih
kelas.Seketika bunga yang baru merekah seakan menjadi kuncup kembali.
***
Kini aku dan Giok sudah berteman
baik walaupun pertemanan kami dalam kategori tidak wajar karena antara wanita
dan pria, tetapi itulah kami sekarang dalam kawasan pertemanan.Giok benar benar menganggap aku sebagai kakak laki
lakinya, sementara aku masih berharap bahwa
Giok bisa menerima cintaku.Namun kurasa itu hanya tertinggal sekian persen
saja, karena Giok pernah mengatakan padaku bahwa pacaran itu hanyalah ikatan
semu yang diikatkan oleh dua orang remaja yang sebenarnya tidak boleh.Sejak
saat itu aku tidak langsung mengutarakan rasaku pada Giok, melainkan berteman
baik saja dan saat aku pikir bila sudah tiba saatnya aku akan mengungkapkannya
pada Giok.
***
Saat yang kutunggu tunggu akan
segera tiba, pertemanan aku dan Giok sudah berjalan satu tahun lebih, minggu
depan adalah hari terakhirku bersama Giok dan teman teman lainnya.Kelulusan
akan menentukan jejak kami selanjutnya dan menentukan bagaimana nasib cintaku
yang selama ini tidak memudar sedikitpun pada Giok.
Hari itu adalah hari perpisahan
siswa siswi kelas tiga termasuk aku didalamnya, pihak sekolah membuat acara
perpisahan yang cukup besar untuk alumni kami, karena lulus seratus persen,
acara berjalan dengan lancar dan penuh keharuan, aku pasti akan sangat
merindukan kenangan yang pernah terukir di sekolah ini bersama teman teman,
guru guru juga para siswi yang asik mengerumuniku serta Giok yang selalu aku
harapkan.
Setelah selesai acara aku menemui
Giok yang sedang berdiri diantara para rohis lainnya.Aku meminta Giok untuk
berfoto denganku sebagai kenang kenangan dan Giok menyambutnya dengan
senyuman.Setelah berfoto kami duduk di bangku halaman sekolah yang lumayan
lenggang karena para siswa siswi asik berfoto ria.
Aku memberanikan diri untuk mencoba
mengatakan yang selama ini menjadi tujuanku walaupun aku tau kemungkinannya
akan sangat kecil.
“Giok,
kamu sadar sesuatu nggak?”tanyaku sedikit kaku.
“Apa
itu kak?Oo, tentang perpisahan ini ya?kita masih tetap teman kok kak..”jawab
Giok dengan penuh senyuman.
“Aku
tau, kamu pasti tetap mau jadi teman aku, tapi Giok, sebenarnya dari dulu itu
aku udah perhatiin kamu bahkan jauh sebelum kita berteman akrab, sifat kamu
yang dulunya aku tau tertutup, kepribadian kamu yang islami dan cara kamu
memperlakukan aku, semua itu aku simpan dalam pikiranku..sebenarnya aku
berharap kita berada dalam ikatan yang tidak semu..”paparku berusaha mencari
jawaban Giok.
“Dari
dulu aku tau kok, mana mungkin seorang siswa populer seperti kakak ingin akrab
dengan orang sepertiku bila tidak ada udang dibatunya..tapi aku tetap ingin
melihat bagaimana tanggapan kakak terhadap aku, dan aku salut kakak sanggup
nahan itu dan baru ungkapinnya sekarang.”jawab Giok yang membuatku malu.
“Tapi
kak, aku sudah pernah bilang kan?pacaran itu ikatan semu, jadi kalau kakak
serius dan memang jodoh aku, hingga saatnya tiba nanti, kita pasti ada dalam
satu ikatan..”lanjut Giok.
Dan ku anggap itu suatu penolakan,
aku sama sekali tidak memaksa Giok untuk menerimaku, alasan Giok kurasa cukup
benar..itu adalah keteguhan yang selalu dipegangnya dan aku bangga dia bisa
menjaganya.
***
Kuikuti kata Giok yang menyatakan
bahwa jika aku berjodoh dengan dia maka kami akan ada dalam satu ikatan.
Cerita itu adalah cerita 5 tahun
yang lalu saat aku duduk di bangku SMA, namun sampai sekarang aku masih
mengenangnya, berharap suatu hari aku dapat bertemu dengan Giok dan membuktikan
akankah kami terikat dalam satu ikatan?
Lamunanku seketika menghilang saat
sekretarisku memberitahukan bahwa ada seorang desaigner interior baru yang
ingin melamar pekerjaan di perusahaan ini.Lalu sambil merapikan jas dan cara
dudukku, kupersilahkan orang tersebut masuk untuk aku wawancarai.Saat dia
mengucapkan salam, mataku langsung memandang kearah suara tersebut dan aku
melihat seorang wanita berbalut hijab dengan senyum yang mengembang di wajahnya
melangkah masuk lalu langkahnya tiba tiba terhenti saat mulutku mengeluarkan
suara.
“Giok?”
The end
Komentar
Posting Komentar