LEBIH BAIK
PUTUS
KARYA : RAHMAYANI ZA
“CINTA itu hilang jika mata tak lagi mau saling bertatap,
mulut tak lagi mau saling bicara dan rasa tak lagi ada”
Kata kata itu yang akan sangat
dikenang oleh lee, seorang siswi berusia 18 tahun.Sebenarnya itu bukanlah nama
asli dari cewek yang satu ini, sebutan itu hanyalah nama panggilan dari pacar
dan juga teman temannya saja karena wajah lee mirip dengan wanita wanita korea pada
umumnya, mata sipit, kulit semulus porselen, dan juga tubuhnya yang mungil
dibalut dengan warna tubuhnya yang seputih susu.
Luna.Itulah nama asli gadis yang
satu ini, dia adalah salah satu siswi putih abu abu yang sebentar lagi akan
melepas seragam kebangsaannya itu untuk melanjutkannya ke perguruan tinggi.Dari
kecil, Luna mempunyai cita cita menjadi seorang arsitek, bahkan sampai dewasapun
dia selalu memimpikan itu.Maka dari itu dia ingin masuk keperguruan tinggi
jurusan arsitektur.Beasiswa untuk belajar di perguruan tinggi dengan jurusan
arsitekpun sudah ada ditangannya, namun yang menjadi pikirannya sekarang ini
adalah Devan.
Devan adalah kekasih Luna atau
tepatnya pacar pertama sekaligus cinta pertama Luna yang sudah satu tahun ini
menghiasi hari harinya, dia adalah seorang mahasiswa di perguruan tinggi
jurusan arsitektur tempat dimana Luna mendapat beasiswa.Hal itulah yang membuat
Luna merasa bimbang untuk memilih, namun ini adalah pilihan paling bagus yang
pernah didapat dalam hidupnya.Jadi luna harus berpikir beribu kali jika ingin
menolaknya.
Pada suatu hari saat mereka
berdua bertemu di taman tempat mereka biasa menghabiskan waktu berdua dengan
hobi mereka yang sama yaitu mendesain.
“hay lee,udah lama nunggu ya?maaf ya aku telat, tadi aku
ngumpulin tugas kemarin yang belum sempat aku kumpul dulu, gak apa apa kan lovely?”tanya Devan sambil duduk pas
dihadapan Luna.sementara Luna hanya menatap Devan dalam dalam dan tidak
mengelurkan sepatah katapun.
“lee..marah ya?nggak biasanya kamu sanggup mandang aku lama lama
gitu, Oo..apa jangan jangan kamu kangen lagi sama aku?kita kan udah seminggu
nggak ketemu.”gurau
Devan kepada Luna, namun dengan ekspresi
yang belum berubah Luna masih saja menatap devan.
“lee..kalau emang ada salah kam..”belum sempat Devan berbicara Luna sudah memotongnya.
“Devan pratama, apa di kampus anda termasuk salah satu yang
dikenal?”Luna
mengelurkan suara formalnya sambil terus menatap Devan.
“apaan sih lee?kamu itu ngomong apa?dikenal gimana?aku kan
memang ketua mahasiswa arsitektur, wajar dong kalau aku dikenal ?”jawab Devan sambil tersenyum kecil
karena menganggap pertanyaan Luna aneh.
“tinggal jawab aja apa susahnya sih kak..”tanya Luna mulai menunjukkan
wajah merengutnya.
“nggak kok, aku itu cowok yang super biasa aja di kampus, tenang
aja aku ini spesies yang setia kok, aku nggak bakalan gandeng dua, apa lagi
untuk cewek yang kayak lee”goda
Devan.
“kak, aku dapat beasiswa arsitektur di kampus kakak, gimana
ini?”tanya Luna
sedikit rewel.
“loh, bagus dong, selamat ya, berarti kita bisa pergi bareng
pulang bareng aku juga bisa bantuin buatin tugas kamu nantinya..seru banget
kan?”jawab Devan
dengan girang.
Luna hanya menatap cowok dengan
wajah blasteran meksiko indonesia dengan mata cokelat yang berbinar
didepannya.Hatinya berkata bagaimana bisa dia pacaran dengan seorang yang
sangat dikagumi oleh banyak cewek?akan ada banyak hal yang harus dimengertinya,
apalagi jika satu kampus dan satu jurusan pula.
Luna tidak berkata apa apa lagi
tentang beasiswanya, kini dia mengalihkan pembicaraan tentang bagaimana acara
pensi yang akan dilaksanakan sekaligus untuk penyambutan mahasiswa dan mahasiswi
baru di kampus mereka.Karena bisa saja dia menjadi salah satu peserta di
dalamnya.
***
Pagi ini, Luna ditanyai perihal
beasiswa itu oleh ibunya.
“Luna, kamu udah putuskan mau memilih yang mana?”tanya mama sambil mengambilkan
roti isi keju untuk Luna.
“keputusan apa ma?”tanya
Luna balik.
“keputusan beasiswa dong sayang..kamu mau ambil atau tidak?”tanya ibu Luna sambil duduk
“ma, setelah Luna pikir pikir Luna bakalan ambil deh beasiswa
itu, soalnya kan itu bisa ringanin beban mama sama papa..kan nanti bisa kita
tabung untuk usaha roti mama..”tutur
Luna.
Ibu Luna memandang anaknya dengan
senyum, dia tau pasti Luna semalaman memikirkan hal ini dan dia hanya mengikuti
yang dikatakan puteri semata wayangnya itu.Lalu ibu dan Luna sarapan pagi
sementara ayah Luna sedang dalam perjalanan bisnis ke luar kota.
***
Hari ini adalah hari pendaftaran
ulang untuk calon mahasiswa baru di kampus yang akan ditempati luna.Awalnya dia
diajak pergi bersama dengan devan, namun dia menolaknya dia lebih memilih
menemui Devan setelah daftar ulang di taman biasa tempat mereka berjumpa.
Setelah selesai mendaftar ulang,
Luna pergi ke taman tempat Devan sedang menunggu.Terlihat lambaian tangan
seorang laki laki berkemeja abu abu sedang duduk di bangku taman tersenyum ke
arahnya dan itu adalah Devan.Lalu Luna menghampiri Devan sambil mengembangkan
senyumnya yang sudah tak asing lagi dimata Devan.Baru saja Luna duduk dan
meletakkan tasnya Devan langsung menyambut dengan rayuannya.
“kenapa ya?makin hari lovely ku semakin cantik dan dewasa?eum,
apa karena mau jadi mahasiswa ya?”gurau
Devan sambil menatap Luna dengan tersenyum.
Sambil menatap balik Devan, Luna
memberikan senyuman yang tersipu malu.Membuat Devan semakin senang menguraui
Luna.Lama mereka bercanda bersama, lalu Luna berkata sesuatu yang membuat Devan
melotot kaget ke arah Luna.
“kakak, kalau nanti luna orientasi mahasiswa di kampus kakak,
kita pura pura enggak kenal aja ya?soalnya aku takut nanti banyak senior yang
jahilin..”rayu Luna
kepada devan.
“apa?loh kok gitu sih lee?kamu kan pacar aku, kenapa harus
disembunyiin?”tanya
Devan mulai kesal.
“bukan gitu kak, aku cuma nggak mau waktu ospek itu semua tau,
nggak lucu tau kalau semuanya tau kita pacaran..”jawab Luna mulai tidak yakin.
“kamu malu akuin aku sebagai pacar kamu?atau ada teman dekat
kamu yang juga masuk ke universitas itu?atau kamu bahkan punya yang lain?”tanya Devan bertubi tubi.
“kak, kakak kenapa ngomong gitu?kakak nggak pernah ngomong gitu
dari dulu sama Luna..”tanya
Luna kaget dengan bahasa yang belum pernah dia dengar dari Devan.
Devan hanya diam mematung untuk
beberapa saat.Lalu mengajak Luna untuk pulang.Luna tau betul Devan sedang sangat
marah kepadanya.Sepanjang jalan pulang Devan tidak berkata sepatah katpun
dengan Luna, begitupun sebaliknya Luna hanya diam memikirkan kata katanya
sendiri.
Sesampainya dirumah Luna hanya
berkata hati hati di jalan dan dibalas anggukan oleh Devan tanpa menatap Luna,
lalu melajukan mobilnya.Luna hanya bisa melihat belakang mobil Devan, lalu
timbul rasa bersalah dalam hatinya, andai dia tidak berkata seperti itu,
mungkin Devan tidak akan marah.Namun apalah kini, semua sudah terlanjur, yang
harus dijalani Luna sekarang adalah bagaimana caranya dia membuat Devan mau
mengerti dan mengerti dia.
***
Hari ospek telah tiba :
DAY 1
Hari pertama ospek menjadi hari
berat untuk Luna, karena dia sama sekali belum berkomunikasi dengan Devan.dalam
hatinya bagaimana jika dia bertemu Devan di kampus?apa yang harus dikatakannya,
bagaimana dia harus bersikap agar Devan tidak marah.
Saat kakinya sudah menginjak gerbang
kampus, Luna terus saja memikirkan Devan.Sampai di lapangan dia melihat kiri
kanan banyak sekali panitia ospek disini.Lalu dia duduk diantara para peserta
ospek lainya, tepatnya dibarisan paling depan dan itu memubuat tubuhnya semakin
lemas.
Acara pertama dimulai, panitia masuk
ke lapangan, Luna hanya bisa menundukan kepalanya tidak berani melihat ke
hadapan.Hatinya berdetak dengan kencang tidak karuan sampai satu suara
mengagetkannya.
“hey, cewek yang paling ujung, lihat kedepan jangan nunduk aja!”bentak seorang panitia laki laki.
Luna tersontak kaget dan refleks
melihat ke arah suara tersebut dan hatinya langsung berdetak kencang saat
melihat orang yang berdiri disamping sumber suara itu.Devan?tapi wajah Devan
sama sekali tidak menunjukkan ekspresi kenal kepadanya.Sejenak seperti ada rasa
sakit dihati Luna, rasanya perih dan sesak.Luna mulai ingat akan kata katanya
waktu itu, semuanya ternyata salah.Tidak seharusnya dia berkata seperti itu,
kalaupun Devan menyetujuinya pasti sakitnya akan sama seperti sekarang.
Hari ini adalah pengenalan para
senior dan juga barang yang harus dibawa besok.Jadi Luna tidak perlu sering
sering melihat Devan, karena dia hanya menunduk dari tadi tanpa melihat kiri
kanan.Sampai acara selesai Luna langsung pergi ke gerbang untuk naik taksi dan
pulang ke rumah saking takutnya berjumpa dengan Devan.
DAY 2
Hari ini adalah hari dimana hal hal
tak terduga akan terjadi karena ini adalah hari senior dimana mereka dengan
sesuka hati mengospek para mahasiswa baru.Luna memilih nama kaca sebagai nama
di papan kalungnya.Semua calon mahasiswa berbaris rapi di lapangan lalu
semuanya duduk di semen yang tidak beralas.
Satu persatu ditanyai apa alasan
masuk ke jurusan ini, hingga hampir sampai giliran Luna, Devan masuk ke
lapangan dengan membawa sekotak kertas putih yang sudah dilipat.Banyak yamg
berbisik bisik tentang Devan dengan mengagumi, Luna hanya bisa menghela napas.Hati
Luna yang semula tidak ada masalah, tiba tiba langsung tidak bisa berpikir
harus menjawab apa dan saat namanya di panggil dengan refleks Luna berdiri dan
berkata.
“saya masuk ke jurusan ini karena saya menyukai arsitekur dari
saya masih kecil..”jawab
Luna sambil menunduk.
“yang bener aja?semua waktu ditanya jawab begitu, padahal banyak
maksud lain dari kalian kan?”sindir
salah satu panitia cewek yang dipanggil dira oleh senior lainnya sambil melihat
Luna dengan sinis.
Hati luna serasa sangat panas, ingin
menjawab tetapi itu hanya akan menimbulkan masalah baru bagi dia, namun jika
tidak dijawab hatinya malah lebih kesal.Karena panitia cewek yang bernama dira
tersebut terus melihatnya begitu sinis dan terus bertanya hal yang sama maka Luna
dengan nada rendah dan biasa menjawab.
“saya masuk ke fakultas ini karena saya menyukai arsitektur, ini
adalah impian saya dan karena surat dari fakultas ini pula saya masuk ke sini”dan lagi Luna hanya menunduk sampai
dia selesai bicara, sampai salah satu panitia laki laki menegurnya.
“hey, kalau diajak bicara itu lihatnya kedepan jangan kebawah.Malu
karena wajah kamu beda sama yang lain?”bentak
panitia tersebut.
Luna hanya mengangkat kepalanya lalu
duduk kembali sambil berkata dalam hati apa bedanya wajah dia dan yang lain?dia
punya mata, mulut, hidung sama seperti lainnya namun setelah berpikir seperti
itu dia baru mengakui sendiri sebenarnya memang benar dia sedikit berbeda
dengan wajahnya yang mirip dengan orang Asia Timur.Setelah itu Luna mengikuti
tata tertib acara selanjutnya sampai ada sesi penyuruhan dari panitia dan semua
calon mahasiswa harus mengikutinya Luna dan calon mahasiswa lainnya bergerak
dan mengambil salah satu kertas dalam kotak yang dibawa Devan tadi.
Saat semuanya sudah selesai memilih
dan kembali ke tempatnya masing masing mereka disuruh untuk membuka lipatan
kertas tersebut dan didalamnya ada sebuah nama dan itu adalah nama salah satu
panitia ospek yang harus mereka mintai tanda tangan.Luna langsung bersyukur
karena nama didalam situ bukanlah nama Devan melainkan namanya Vandi perwira.Setelah
itu mereka disuruh menjumpai orang yang namanya tertera didalam kertas.Luna
lalu mencari panitia ospek tersebut dengan bertanya kepada salah satu mahasiswi
dan beruntunglah mahasiswi itu berbaik hati memberitahukanyang mana orang yang
bernama Vandi tersebut.
Lalu luna menghampiri orang tersebut
dengan memanggil namanya dan ternyata dia menoleh.Dengan perasaan gugup luna
menghampiri orang tersebut dan bertanya apa yang harus dilakukan.Dan alangkah
terkejutnya Luna saat laki laki itu bertanya.
Pernah ditembak?pernah pacaran?atau
pernah nembak cowok?.Luna hanya bisa mematung tidak berbicara dia hanya menggeleng
saja sampai cowok bernama Vandi itu bertanya.
“apanya yang kamu gelengkan?”tanya Vandi sambil bertolak pinggang.
“saya belum pernah nembak cowok kak”jawab Luna.
“kalau gitu kamu coba rayu cowok disini, kalau dia mau nerima
bunga dari kamu berarti kamu lolos dan dapat tanda tangan aku”tutur Vandi lantang.
“siapa nama orang itu kak?”tanya
Luna sedikit terbata bata.
Tersebutlah nama Devan Pratama
membuat jantung Luna berdetak tak karuan.
Dengan langkah yang tidak pasti luna
mencoba menghampiri Devan yang sedang berdiri berbicara dengan panitia
lainnya.Saat Luna memanggil Devan memutar pandangannya dan kaget melihat Luna
didepannya namun tetap dengan wajah datar.Lalu panitia yang lain mulai tertawa
kecil.
“ada ada aja, pasti tu kerjaannya si Vandi, jatah loe tu Dev..”ucap salah seorang panitia.
Devan hanya menatap Luna seperti seorang
senior ke junior sampai Luna memberanikan diri untuk lebih dulu berkata.
‘kak, aku dapat tugas untuk kasih bunga ini ke kakak..Jadi aku
harap kakak mau terima..”kata
Luna dengan nada cepat sambil meyodorkan bunga ditangannya.
Devan hanya mengeryitkan alisnya,
lalu berlalu meninggalkan luna dan panitianya yang lain.
“tunggu apalagi, sana kejar atau kamu nggak akan lolos ospek” kata seorang panitia lagi.
Karena ucapan panitia tersebut Luna
buru buru mengejar Devan dan memintanya berhenti, namun Devan tetap berjalan, hingga
tepat saat mereka berada di koridor kampus Devan tiba tiba menghentikan
langkahnya membuat Luna yang sedang berlari kecil hampir menabrak Devan.Lalu Luna
berdiri sambil menunduk dihadapan Devan sampai Devan membuka percakapan.
“berikan bunganya.”tutur
Devan sambil mengangkat tangannya.Luna hanya menyerahkan bunganya tanpa
berbicara sepatah katapun.
“jangan keliatan bodoh didepan mereka.ngerti?”kata Devan dengan nada datar.
Kemudian dia menarik tangan Luna
untuk pergi, setelah lewat koridor Devan melepaskan tangan Luna dan mereka berjalan
sendiri sendiri sambil Luna tetap mengikuti kemana Devan pergi.Ternyata mereka
kembali ke tempat yang sama seperti tadi, dimana banyak panitia dan juga
beberapa calon mahasiswa lainnya.
Devan berkata kepada teman temannya
bahwa dia belum menerima bunga itu secara sah, karena belum di depan mereka,
jadi dia berkata aku akan mengulangnya di depan para panitia semuanya.Dengan perasaan
kaget dan super kesal Luna berusaha mengkontrol emosinya.Lama Luna diam
memikirkan apa yang harus dikatakannya sampai satu suara mengagetkannya.
“bukannya aku nyuruh kamu bicara?kenapa malah diam?”suara itu berasal dari Devan yang
berdiri tegak dihadapanku.
Luna berusaha untuk tidak gemetar
dan bicara sebaik mungkin, setelah menarik napas panjang Luna menjawab sambil
melihat ke arah Devan dengan mantap.
“senior, saya rasa bunga yang ada di genggamanmu hampir layu,
jadi sebelum bunga itu tidak bagus dipandang, saya harap senior mau menerimanya,
dan tidak mengembalikannya kepada saya, karena itu adalah bunga yang ditujukan
untuk senior, jika senior menyerahkan
atau memberikan kepada orang lain maka bunga itu akan layu tanpa senior minta..”papar Luna panjang lebar.
Lalu dengan sedikit melengkungkan
garis di bibirnya dia bertanya kata kata siapa barusan itu, Luna hanya berani berkata dalam hati bahwa itu adalah
kata kata Devan yang sering diucapkan kepada Luna jika dia sedang memberi
bunga, namun pada kenyataannya Luna hanya menjawab bahwa dia pernah mendengar
dari seseorang yang dia kenal.
Devan berkata bahwa dia ada urusan
sebentar jadi dia akan keluar, maka dari itu bunga tersebut dia terima dan
Devan meminta kepada Vandi untuk memberikan tanda tangannya kepada Luna karena
Luna telah memberikan bunga tersebut kepadanya.Luna hanya melihat Devan dan
berkata kata dalam hatinya apa Devan masih marah kepadanya, sikap dan tingkah Devan
seperti orang tidak saling kenal saja.Dan yup!Luna merasa bersalah.Ternyata
berpura pura saling tidak kenal itu menyakitkan.
Hari ini banyak sekali hal yang
harus dilakukan oleh calon mahasiswa, walaupun banyak yang menjahili mereka
namun tidak ada satupun kekasaran yang dikeluarkan oleh senior melainkan hanya
suara mereka yang menggelegar seperti petir.
DAY 3
Ini adalah hari dimana calon
mahasiswa baru akan merasakan ketegangan yang luar biasa, karena hari ini
adalah hari kakak senior untuk melatih mental junior mereka yang tentu saja
bukan dengan hanya berbicara melainkan dengan hal hal yang mungkin tidak
terpikirkan oleh para calon mahasiswa baru.
Luna duduk di kursi taman dengan
beberapa calon mahasiswa lainnya sambil berbincang bincang dan berkenalan, hingga
satu suara memanggilnya lalu Luna menoleh dan terlihatlah sebuah wajah kakak
senior yang lumayan seram bila dipandangi.
Kakak senior tersebut bertanya apa
benar yang dihadapannya ini bernama Luna?dan dengan terbata bata Luna menjawab
iya lalu semua calon mahasiswa di kumpulkan dilapangan dan Luna dimintai untuk
ikut bersamanya ke deretan panitia yang tentu ada Devan diantara mereka.
Lalu senior tadi mulai
berbicara masalah mental yang harus dimiliki
oleh setiap mahasiswa.Setiap mahasiswa harus bisa menunjukkan karakter yang
kuat agar mampu bersaing dengan fakultas negeri maupun swasta lainnya.
Luna mendengarnya dengan sungguh
sungguh sampai senior tersebut mengalihkan panggilan ke arah luna.
“kamu, karena kamu adalah salah satu mahasiswa jalur beasiswa
sudah seharusnya memiliki kepribadian dan karakter kuat dibandingkan yang
lainnya benar?”tanya
senior tersebut kepada Luna yang hanya ditanggapi anggukan beberapa kali oleh Luna.
“jadi sekarang coba kamu berdebat sedikit dengan ketua mahasiswa
jurusan ini, misalnya tentang kepengurusan organisasi yang lebih dominan laki
laki”papar senior tersebut
dengan diikuti ekspresi Luna yang kaget luar biasa.
Luna tidak tau harus menjawab apa, yang
jadi pertanyaannya adalah kenapa senior itu harus memanggil dirinya bukan
mahasiswa yang lain karena ada beberapa calon mahasiswa yang mendapat jalur
seperti dirinya dia bertanya tanya apa senior itu tau tentangnya dan Devan tapi
itu langsung ditepis olehnya karena ini juga bukan sepenuhnya tentang dia dan Devan,
wajar bila senior menyuruh dia dengan
Devan karena Devan adalah ketua mahasiswa.Kini, Luna hanya diam memikirkan
bagaimana cara dia lepas, karena tidak mungkin dia berkomunikasi dengan Devan,
bagaimana jika panggilannya untuk Devan tiba tiba keluar dari mulutnya.Luna
mulai bergerak ke arah Devan saat suara senior tersebut sudah mulai meninggi.
Sekarang Luna sudah berada didepan Devan
dengan disaksikan oleh orang banyak.Devan hanya berkata apa yang ingin
didebatkan dengan dia dengan nada jutek dan sangat cuek ditambah dengan wajah
yang datar membuat Luna membulatkan matanya karena kaget, belum pernah dia mendengar
dan melihat seperti yang sekarang ini.
“kenapa
masih diam?debatkan sekarang, atau Devan yang mulai duluan”kata Vandi
menanggapi.
“dalam
organisasi tenaga laki laki lebih banyak dibutuhkan sementara wanita yang
diperlukan adalah daya kreatifnya dan dalam pemerintahan dibawah saya tenaga
lebih dibutuhkan.”jawab Devan tanpa menunggu pertanyaan dari Luna.
Luna dengan gaya sedikit gugup
berkata bahwa itu benar jadi tidak ada yang perlu di debatkan.Namun Vandi malah
kesal dibuat oleh Luna jadi dia disuruh untuk mengulang kata kata yang menjadi
tugasnya kemarin.Namun Luna dengan refleks menjawab tidak bisa lalu buru buru
meminta maaf kepada Vandi karena kelepasan bicara.Vandi terlihat kesal dan
ingin berkata sesuatu namun ditahan oleh Devan karena sudah waktunya pengenalan
kampus jadi mau tidak mau Vandi tidak jadi berkata apa apa lagi dan itu membuat
Luna bisa menarik napas lega dan kembali ke barisan calon mahasiswa lainnya.
***
Hari hari ospek sudah berlalu, besok
adalah hari pertama Luna masuk ke universitas tersebut.Masih ada perasaan yang
mengganjal dihatinya mengapa Devan sama sekali tidak memberikannya kabar.Apakah
Devan masih marah kepadanya?ataukah Devan memang ingin menjauhinya?Luna tidak
tau pasti, yang dia pikirkan sekarang jika memang saat dia sudah masuk kuliah
dan saat Luna berpapasan dengan Devan dan Devan tidak meliriknya atau
membalikkan arahnya maka saat itulah hubungannya dengan Devan diperjelas.
***
Luna bangun tidur sangat cepat hari
ini, dia ingin sekali merasakan bagaimana rasanya bangku kuliah itu, apalagi
jurusan yang dia masuki ini adalah kegemarannya pasti akan sangat menyenangkan
sekali itulah yang dipikirkan Luna.
Sesampainya di depan gedung kampus,
dia mulai menelusuri gedung jurusan arsitektur tempat dimana dia akan menuntut
ilmu, pandangannya habis menelusuri ke segala pelosok gedung untuk melihat
lihat sambil mencari cari Devan, karena biasanya jadwal kuliah Devan akan padat
di hari senin.Namun yang diharapkan belum juga terlihat sedangkan ruang
kuliahnya sudah berada di sebelah Luna.Dengan perasaan yang tidak sanggup di
ungkapkannya dia masuk dan melihat beberapa wajah yang akan menjadi teman
barunya dan Luna menyapa mereka dengan ramah yang kemudian disambut oleh
senyuman ramah mereka kembali.
Di dalam kelas ini dia akan
mempunyai 24 teman baru yaitu 14 orang laki laki dan 10 orang perempuan.Mereka
semua berasal dari kalangan yang berbeda dan suku yang berbeda pula, sungguh
bervariasi dan pasti akan sangat menyenangkan pikir Luna.
Setelah duduk dan berbincang bincang
sedikit dengan teman baru, lalu dosen masuk dan memberikan materi, karena ini
adalah semester pertama jadi mata kuliahnya masih terbilang umum seperti halnya
sekolah menegah atas namun lebih satu tingkat beratnya daripada SMA.Untuk kesan
pertama Luna merasa ini memanglah jalannya dan bagaimanapun sulitnya nanti dia
akan tetap menghadapinya.
Jam kuliah selesai, ini saatnya
bagi Luna untuk bergegas pulang dan jangan sampai terlihat oleh Devan.Namun
sayang, saat dia keluar dari ruangan bersama mahasiswa baru lainnya yang
terlihat adalah Devan yang berjalan dengan Dira, senior yang dikenal Luna saat
ospek waktu itu mereka terlihat sangat akrab.Sontak Luna hampir melonjak kaget
dan refleks berbalik arah yang sebenarnya dia tidak tau kemana.Akhirnya dia
memberanikan diri untuk berbalik arah kembali dan mengatakan dalam hati jika Devan
bersikap seolah tidak mengenalnya maka ini adalah akhirnya.
Luna lalu meyakinkan diri untuk
terus berjalan dan sampai Devan serta Dira lewat dan Devan sama sekali tidak
menganggap Luna ada di depannya dan hanya jalan lurus sambil berbincang bincang
dengan teman Dira.Tiba tiba saja mata Luna terasa panas dan dadanya terasa
sesak, dia tidak mengerti sebenarnya apa yang dia inginkan karena dari awal dia
duluan yang mulai.Dengan perasaan kecewa Luna segera pulang ke rumahnya dan
masuk ke dalam kamar seraya menangis sampai tersedu sedu.Setelah selesai
menangis dengan puas luna meraih telepon genggamnya dan menekan panggilan nomor
satu dan langsung keluar nama Devan disana.
Namun sudah
beberapa kali Luna menelpon, tidak ada respon dari devan bahkan teleponnya
diputuskan begitu saja.Luna tidak percaya dengan semua ini, Devan yang dia
kenal tidak seperti ini.lalu Luna memutuskan untuk menghadapi Devan di kampus
nanti dengan mengirimkan pesan singkat melalui handphonenya.
kita sudah berakhir,
selamat tinggal..
***
Hari ini Luna mengkosongkan
pikirannya tentang Devan, biar saja seperti ini, jika mereka bertemu maka Luna
akan menjelaskan semuanya, tapi jika tidak mereka hanya akan berakhir sampai
pesan singkat tadi malam.
Setelah semua mata kuliah selesai Luna
memutuskan untuk ke kantin sehat sebentar membeli beberapa jajanan sebelum
akhirnya pulang, Luna ditemani dua orang teman barunya yang bernama Laila dan Nawal,
mereka berdua adalah orang yang sangat ramah makanya luna cepat akrab.
Sesampainya di kantin pandangan Luna
menuju ke arah para senior yang sedang tertawa dan terlihatlah wajah Devan yang
sedang tertawa bahagia bersama teman temannya dan itu membuat Luna sakit,saat
Luna menagisi sifat Devan, Devan malah tertawa bahagia bersama temannya dan
detik itu pula Luna mengatakan pada teman temannya bahwa dia akan pulang lebih
dulu karena ada keperluan mendadak.Luna berlari sekuat tenaga tanpa berhenti.Sesampainya
di tangga Luna meraih handphonenya dan menelpon Devan yang ternyata di angkat.
“halo?kakak bisa denger aku?(Luna mencoba mengatur
napasnya)taman biasa.sekarang!”kata Luna sambil mencoba mengatur
napas setelah berlari.
Luna sudah sampai di taman biasa
tempat mereka bertemu, namun belum ada Devan disana, Luna terus menunggu sampai
lebih dari dua jam namun Devan tetap belum datang.Sampai Luna lelah dan dia
hendak pergi ada sebuah suara seseorang yang sudah tidak asing lagi bagi dia
dan itu adalah Devan.
“ada apa menyuruh aku kemari?”tanya Devan datar.
“kita berakhir selamat tinggal..”jawab Luna tidak kalah datarnya.
Setelah berkata demikian Luna
melangkah pergi meninggalkan Devan, sampai suara Devan menghentikan langkahnya.
“sekarang kamu tau kan gimana rasanya?”tanya Devan setengah meninggikan
suaranya.
Luna seketika terdiam dan tidak
bergerak lagi, sampai Devan menghampiri Luna dan tepat berdiri
dihadapannya.Devan menatap pekat kepada Luna yang sudah menahan air matanya
sembari berkata.
“dulu kamu meminta aku untuk tidak mengenal kamu?tapi saat semua
aku lakukan kamu marah?jadi apa sebenarnya yang kamu inginkan?aku yang nggak
ngerti disini dan seharusnya kamu ngertiin aku.kemana aja kamu nggak pernah
telpon atau sms?menanyakan aku marah atau tidak, menanyakan ada yang salah atau
tidak?bukankah kamu yang mengakhiri?lalu kenapa kamu marah sama aku?”tutur Devan sambil terus menatap
wajah Luna yang sudah basah oleh air mata.
Luna hanya diam dan menundukkan
wajahnya, dia berusaha untuk tidak menagis, namun semakin dia mencoba air
matanya semakin mengalir dan Luna tidak sanggup untuk berkata apa apa.Devan
memanggil nama Luna hendak berbicara sesuatu namun tertahan karena Luna sudah
lebih dulu bersuara.
“aku sadar aku salah.tapi kakak juga salah, seharusnya kalau
kakak nggak setuju kakak bisa bilang kan sama aku?tapi kakak malah diam dan
anggap aku ini nggak ada.aku nggak minta kakak untuk menjadi orang asing bagi
aku, aku Cuma minta kakak ngerti kalau aku nggak mungkin langsung mengatakan
pada semua orang langsung, karena itu akan menyulitkan aku kak..dan jika kakak
berpikir dalam hal ini semuanya aku yang salah, baik..aku salah dan aku
pergi..”tutur Luna
seraya terisak isak sambil menghapus air matanya.
Sejenak Devan dan Luna hanya
mematung tanpa berkata apapun, namun kemudian Luna memilih melangkah pergi
meninggalkan Devan.Namun langkahnya tertahan saat Devan meraih tangannya dan
berkata jangan pergi karena ini belum saatnya.Namun Luna melepaskan genggaman Devan
sambil berkata.
“cinta
itu hilang jika mata tak lagi mau saling bertatap, mulut tak lagi mau saling
bicara dan rasa tak lagi ada”tutur Luna sambil berjalan pergi.
***
Hari hari Luna menjadi kembali seperti saat Devan belum
hadir didalam hari harinya, dia hanya melakukan aktivitas kuliah seperti biasa
tanpa ada yang menelponnya menanyakan kabar atau apa yang sedang dia kerjakan.Semuanya
seperti kembali saat dia belum merasakan cinta, terkadang cinta pertama memang
susah dilupakan namun jika memang dia bukan pilihan terbaik maka mungkin
disudut dunia sana akan ada satu untuknya dan dia hanya perlu menunggu saat
seperti itu dalam hidupnya, itulah yang luna pikirkan.
Luna berjalan menyusuri ruang perpustakaan, memilih milih
buku yang bisa dia jadikan referensi untuk tugas kuliahnya, saat Luna sudah
menemukannya dia memilih untuk duduk di ujung ruang perpustakaan yang terdapat
dinding kaca disana, jadi Luna bisa melihat pemandangan luar kampus dari tempat
duduknya.Luna membaca selembar demi selembar buku yang di ambilnya sampai satu suara menghentikan Luna.
“menurut
aku,pacar kamu luna itu masih kayak anak kecil..”tutur seorang
wanita dibelakang luna, yang terdengar sepertisuara Dira.
“dia
memang masih cukup kecil untuk pacaran.”tutur seorang laki laki
yang luna sudah tau pasti bahwa itu suara devan.
“terus,
kamu mau gimana sama luna?putus?”tanya Dira lagi.
Devan belum menjawab pertanyaan Dira tersebut, sementara
luna sudah tidak sanggup untuk mendengar jawaban devan.luna lalu bangkit dari
tempat duduknya dan berdiri di hadapan devan dan juga Dira.
“kalau
aku memang masih kecil dimata kamu, nggak seharusnya kamu nembak anak kecil ini
yang cuma bisanya nyusahin kamu aja.”Luna menatap Devan
dengan kesal lalu membalikkan badan dan berjalan pergi.
Dira yang bersama Devan bertanya apakah pacar Devan
adalah Luna junior mereka?namun Devan tidak menjawan, Devan memilih menyusul Luna
yang sudah terlebih dahulu pergi.Mereka sempat saling kejar satu sama lain
namun Devan dapat meraih tangan Luna lalu menghentikannya walaupun ada sedikit
perlawanan namun kemudian Luna menyerah dan menepiskan tangannya dari genggaman
Devan.
“maksud
aku bukan gitu lee, aku sama sekali nggak bermaksud ngomong gitu..”kata
Devan sambil terengah engah.
“aku tau
aku ini anak kecil, egois taunya Cuma untuk kesenangan sendiri, tapi kamu nggak
bisa giniin aku, kalau aku udah bersikap kayak anak kecil seharusnya kamu lebih
dewasa, tapi ternyata?kamu bahkan lebih dari anak kecil, seharusnya kamu sadar
itu..”tutur
Luna sambil menahan tangisnya.
“aku
salah aku minta maaf..”kata Devan lembut.
“maaf
diterima, manta pacar..”kata Luna tegas menatap Devan.
Devan hanya bisa menampakkan raut wajah kagetnya, lalu
kemudian menyuruh Luna untuk tidak berbicara sembarangan karena Devan tidak pernah
menginginkan mereka putus.Namun luna sudah pada keputusannya bahwa mereka
berdua sudah tidak bisa lagi menjalani hubungan ini.
“sekarang
aku sadar, mungkin dulu aku suka sama kamu karena kegemaran kita sama, tapi
ternyata kita belum cukup melengkapi satu sama lain, hal kecil bisa menjadi
batu yang memecahkan kaca hati kita dan itu bisa melukai hati karena
pecahannya.dan aku belum cukup kuat untuk menahan luka itu, mungkin kamu benar
aku ini masih kecil aku bahkan belum mengerti apa itu cinta..jadi aku rasa kita
cukup menjadi senior dan junior saja..”ucap Luna.
Devan masih saja menyuruh Luna untuk tidak berkata yang
bukan bukan, namun Luna hanya menatap Devan dan berkata bahwa mereka selesai
dan sambil sedikit tersenyum Luna melangkah pergi meninggalkan Devan yang
terpaku ditempatnya berdiri.
***
Setelah kejadian itu, Devan mengirim catatan suara untuk
Luna melalui media sosialnya.
Luna..aku minta maaf..
Sebenarnya nggak pernah sekalipun aku berpikir akan putus dari kamu,
aku Cuma nggak ngerti sama jalan pikiran kamu waktu itu, aku marah karena aku
pikir kamu sama sekali nggak anggap aku ini pacar kamu, jadi aku bersikap
seolah aku nggak kenal kamu agar kamu tau dan sadar bagaimana rasanya, tapi
kemudian aku sadar nggak seharunya aku gitu sama kamu karena itu sudah
lewat batas dan aku ingin jelasin semua
sama kamu kalau aku salah karena udah bersikap kayak anak kecil tapi sebelum
semuanya aku utarakan kamu udah lebih dulu salah paham, aku ngerti semua ini
bukan salah aku atau kamu tapi ini adalah salah kita berdua.aku mohon kita bisa
kembali dan kalau kita sudah tidak bisa menjadi kekasih setidaknya biarin aku
untuk jaga kamu sebagai adikku..
Luna mendengar suara Devan dengan sedih, namun dia sudah
memutuskan semuanya bahwa dia tidak bisa lagi menjadi kekasih Devan, tapi..
Di sudut lain devan sedang mendengarkan sebuah suara yang
dikirimkan ke media sosialnya.
Kak devan..
Janji ya..jagain Luna semampu kakak..karena mulai sekarang Luna
adalah adik kakak..
Devan hanya tersenyum mendengar suara tersebut lalu
berkata dalam hatinya.
“Cinta
itu datang dari sebab yang tidak kita duga dan berakhir dengan hal yang tidak
kita sangka.”
***
Komentar
Posting Komentar